Tim nasional Indonesia U-23 merebut kemenangan melalui gol tunggal Andri Ibo dalam laga friendly menghadapi Brunei Darussalam. Menguasai pertandingan hampir selama 90 menit, Garuda Muda seringkali membuang penguasaan bola di areal sepertiga lapangan akhir.
Maka tak heran gol kemenangan tim yang diarsiteki Rahmad Darmawan itu pun tercipta melalui Andri Ibo, seorang bek. Itu pun dengan memanfaatkan kemelut di depan gawang yang berawal dari bola mati sepak pojok, bukan permainan open play.
Bermain dengan pola 4-4-2 di awal pertandingan, Rahmad Darmawan menduetkan dua gelandang tengah David Laly dan Rizky Pelu di tengah. Sementara itu Okto Mainani didapuk di sayap kiri dan Ramdani Lestaluhu di sayap kanan. Syamsir Alam dan Aldaer Makatindu beRahmad Darmawanuet di depan dalam memimpin serangan, dengan Aldaer yang mengambil peran sebagai second striker.
Bermain Menyerang Lewat Sayap
Sebagaimana timnas senior ketika menang 2-0 atas Filipina, timnas U-23 juga tak menggunakan seorang gelandang bertahan murni dan menyerahkan kendali lapangan tengah pada Laly dan Pelu. Dengan penggunaan dua striker, dua sayap murni, serta Alfin Tuasalamony (bek kanan) yang kerap merangsek naik, terlihat Indonesia juga ingin bermain menyerang.
Rahmad Darmawan pun cukup berani dengan menginstruksikan Laly dan Pelu untuk terus bergerak ke arealpertahanan Brunei, serhingga tercipta jarak yang cukup jauh antara lini tengah dan kedua centerback. Bahkan, dengan formasi 4-4-2 ini Indonesia kerap melebarkan ruang permainan, terlihat dari jarak yang cukup renggang antara ketiga lini. Keputusan yang cukup wajar sebenarnya, mengingat lawan yang dihadapi adalah Brunai Darussalam.
Di babak pertama, Pelu lebih sering berfungsi sebagai pengatur ritme dan bergerak bebas menjadi pemantul umpan di tengah, sementara Laly jadi penghubung lini tengah dan lini depan. Pelu juga kerap bergerak ke sayap kanan dan membentuk segitiga dengan Alfin dan Ramdani.
Di 15 menit pertama, melalui kedua sayap inilah Indonesia memasuki areal sepertiga lapangan akhir. Tak ada satupun inisiasi serangan yang dimulai dari tengah. Namun, penguasaan bola di daerah ini tak berhasil dimanfaatkan dengan baik. Terbukti tak ada satupun percobaan ke arah gawang yang diciptakan pada periode waktu ini. Satu-satunya peluang datang ketika Okto menerima bola daerah, namun ia terkena jebakan offside.
Taktik Menukar Sayap
Perubahan pertama di kubu Indonesia datang melalui Ramdani Lestaluhu. Jika sebelumnya ia bergerak rapi menyisir sayap kanan dengan dibantu Alfin dan Pelu, maka semenjak menit ke-20 Ramdani bergerak semakin ke tengah, atau cutting inside. Ramdani juga jadi lebih sering menjemput bola dari bawah, sehingga Pelu bergeser kembali ke tengah.
Dengan cara ini, serangan Indonesia di area sepertiga lapangan akhir lebih merata, baik melalui kanan, kiri, atau tengah lapangan. Tapi, lagi-lagi, bola berhenti di luar kotak penalti. Crossing yang dilakukan Okto, ataupun umpan terobosan dari David Laly dan Aldair masih dengan mudah dipotong oleh barisan pertahanan Brunei.
Di menit 30 ke-atas, barulah perubahan selanjutnya datang, yaitu Rahmad Darmawan menukar Okto dan Ramdani. Ini juga dibarengi oleh Aldair yang turun berposisi sejajar dengan Okto dan Ramdani, sehingga Indonesia terlihat bermain dengan pola 4-2-3-1.
Namun, sebagaimana terlihat dari chalkboa Rahmad Darmawan di bawah, perubahan ini membuat serangan Indonesia menjadi terpusat di sayap kanan. Itu pun berjalan dengan tidak efektif. Okto yang jadi tumpuan di ujung kanan depan lebih sering membawa bola hingga ke garis ujung lapangan dan memberikan umpan cut-back, ketimbang memotong kedalam dan melakukan attempts.
Peran Aldaer
Satu catatan juga bisa diberikan pada Aldaer yang mengambil peran sebagai nomor-10, atau sebagai second striker pada pertandingan tadi. Entah dengan memberikan umpan, atau berusaha mencetak gol, bisa dikatakan Aldaer memiliki peran sentral dalam serangan Indonesia. Terlihat, dari 5 attempts yang dibuat Indonesia di babak pertama, 3 di antaranya melibatkan Aldaer. Di babak kedua, Aldaer juga berhasil memberikan umpan pada Fandi Eko yang sudah beRahmad Darmawaniri di depan gawang.
Satu kelebihan pemain ini dibandingkan dengan Syamsir Alam, ataupun striker lainnya, adalah kemampuannya mengendalikan bola, bahkan dalam ruang gerak yang sempit sekalipun.
Ini terlihat pada menit ke-36 saat ia berhasil menerima umpan lambung dari Alfin, sempat mengecoh satu bek Brunei, dan melakukan tendangan ke arah gawang.
Sayang sekali, pemain yang sering beroperasi dengan bebas di seputar kotak penalti itu belum menemukan tandem yang pas. Dengan kemampuan Aldaer memberikan through-ball, jika ia diduetkan dengan seorang poacher, mungkin Aldaer bisa jadi solusi bagi timnas untuk membongkar pertahanan tim-tim yang bermain defensive.
Dinamika di Babak Kedua
Dengan sifat pertandingan yang masih berupa seleksi, Rahmad Darmawan sendiri melakukan banyak pergantian pemain di babak kedua. Hanya Alfin, Aldaer, Pellu, Andri Ibo, dan Manahati Lestusen yang jadi pemain outfield yang tidak ditarik keluar oleh Rahmad Darmawan.
Di 15 menit pertama babak kedua, Rahmad Darmawan sendiri mengembalikan Okto ke posisi aslinya, dan menaikkan David Laly ke area sepertiga lapangan akhir. Dengan cara ini Indonesia terlihat seperti ingin memenuhi area pertahanan Brunei dengan pemain sendiri untuk mengurung Brunei. Dua orang striker akan selalu berada di kotak penalti menunggu umpan, sementara Laly menyambar bola-bola muntah dan melakukan drive dari tengah.
Skema ini berubah lagi di 15 menit terakhir dengan masuknya Syahroni, Fandi Eko, serta Yohanis Nabar. Serangan Indonesia, lagi-lagi, terpusat di sisi kanan permainan. Namun, dengan skema ini, Indonesia sendiri mampu menciptakan lebih banyak peluang.
Direpotkan Brunei
Di pertandingan ini Brunei hanya meninggalkan seorang striker di lini depan, yang perannya dijalankan oleh Adi Said. Namun duo centre-back Indonesia, yaitu Andri Ibo dan Manahati Lestusen, kerap kerepotan dalam menghadang pergerakan striker bernomor punggung 20 tersebut.
Brunei yang pada laga ini menggunakan formasi 4-4-1-1 dan menerapkan pola serangan balik dengan mengirimkan bola-bola long ball sukses merepotkan barisan pertahanan Indonesia meskipun dengan intensitas yang tidak terlalu banyak.
Terlihat bahwa Indonesia hanya menyisakan dua centre-back guna menghalau bola-bola long ball yang dialirkan langsung dari area pertahanan Brunei. Akibatnya, lini penyerangan Brunei mampu memberikan ancaman yang cukup membahayakan bagi pertahanan Indonesia.
Tak ayal, Adi Said sendiri mampu menghasilkan catatan 2 kali attempts yang prosesnya terjadi setelah ia berhasil melewati Andri Ibo. Menyadari hal tersebut, Andri Ibo lebih memilih untuk melakukan pelanggaran dibandingkan membiarkan pemain tersebut berhasil melewatinya.
Statistik menunjukkan bahwa Brunei mendapatkan kesempatan tendangan bebas di sepertiga area pertahanan Indonesia, setelah Adi Said dilanggar oleh Andri Ibo. Namun, dalam kondisi ini Indonesia cukup diuntungkan dengan finishing para pemain Brunei yang buruk dan terburu-buru.
Three-GuaRahmad Darmawan System Indonesia
Solusi pun diterapkan oleh Rahmad Darmawan dengan menginstruksikan pola three-guaRahmad Darmawan system di lini pertahanan Indonesia. Strategi dimana setiap Adi Said berhasil menguasai bola, 1 pemain akan mempressing pemain tersebut dan 2 pemain akan mengcover menjemput bola atau melakukan hadangan kembali apabila Adi Said mampu melewati pemain pertama yang menghadang.
Terbukti, strategi tersebut mampu berjalan dengan baik dan Adi Said pun hanya mampu melakukan 1 kali attempts setelah Indonesia menerapkan pola three-guaRahmad Darmawan system dalam pressing-nya. Attempts itu pun hanya dilakukan lewat kesempatan bola mati yang diraih oleh Brunei.
Sedangkan Mahati Lestusen dan David Laly bertugas untuk mengcover apabila bola lepas dari penguasaan, atau Adi Said berhasil melewati Andri Ibo.
Sistem tiga orang yang melakukan pressing ini sebenarnya memiliki kelemahan, yaitu adanya ruang yang ditinggalkan oleh tiga orang tersebut. Jika saja Razali cermat, ia bisa bergerak masuk menusuk kotak penalti saat Lestusen mendekati Adi Said.
Untungnya lawan yang dihadapi kali ini adalah Brunei. Akan jadi persoalan ketika menghadapi pemain-pemain tengah lawan lainnya bisa memanfaatkan luangnya ruang yang diberikan oleh ketiga pemain Indonesia yang kerap berebut melakukan pressing pada target-man Adi Said tersebut.
Maka tak heran gol kemenangan tim yang diarsiteki Rahmad Darmawan itu pun tercipta melalui Andri Ibo, seorang bek. Itu pun dengan memanfaatkan kemelut di depan gawang yang berawal dari bola mati sepak pojok, bukan permainan open play.
Bermain dengan pola 4-4-2 di awal pertandingan, Rahmad Darmawan menduetkan dua gelandang tengah David Laly dan Rizky Pelu di tengah. Sementara itu Okto Mainani didapuk di sayap kiri dan Ramdani Lestaluhu di sayap kanan. Syamsir Alam dan Aldaer Makatindu beRahmad Darmawanuet di depan dalam memimpin serangan, dengan Aldaer yang mengambil peran sebagai second striker.
Bermain Menyerang Lewat Sayap
Sebagaimana timnas senior ketika menang 2-0 atas Filipina, timnas U-23 juga tak menggunakan seorang gelandang bertahan murni dan menyerahkan kendali lapangan tengah pada Laly dan Pelu. Dengan penggunaan dua striker, dua sayap murni, serta Alfin Tuasalamony (bek kanan) yang kerap merangsek naik, terlihat Indonesia juga ingin bermain menyerang.
Rahmad Darmawan pun cukup berani dengan menginstruksikan Laly dan Pelu untuk terus bergerak ke arealpertahanan Brunei, serhingga tercipta jarak yang cukup jauh antara lini tengah dan kedua centerback. Bahkan, dengan formasi 4-4-2 ini Indonesia kerap melebarkan ruang permainan, terlihat dari jarak yang cukup renggang antara ketiga lini. Keputusan yang cukup wajar sebenarnya, mengingat lawan yang dihadapi adalah Brunai Darussalam.
Di babak pertama, Pelu lebih sering berfungsi sebagai pengatur ritme dan bergerak bebas menjadi pemantul umpan di tengah, sementara Laly jadi penghubung lini tengah dan lini depan. Pelu juga kerap bergerak ke sayap kanan dan membentuk segitiga dengan Alfin dan Ramdani.
Di 15 menit pertama, melalui kedua sayap inilah Indonesia memasuki areal sepertiga lapangan akhir. Tak ada satupun inisiasi serangan yang dimulai dari tengah. Namun, penguasaan bola di daerah ini tak berhasil dimanfaatkan dengan baik. Terbukti tak ada satupun percobaan ke arah gawang yang diciptakan pada periode waktu ini. Satu-satunya peluang datang ketika Okto menerima bola daerah, namun ia terkena jebakan offside.
Taktik Menukar Sayap
Perubahan pertama di kubu Indonesia datang melalui Ramdani Lestaluhu. Jika sebelumnya ia bergerak rapi menyisir sayap kanan dengan dibantu Alfin dan Pelu, maka semenjak menit ke-20 Ramdani bergerak semakin ke tengah, atau cutting inside. Ramdani juga jadi lebih sering menjemput bola dari bawah, sehingga Pelu bergeser kembali ke tengah.
Dengan cara ini, serangan Indonesia di area sepertiga lapangan akhir lebih merata, baik melalui kanan, kiri, atau tengah lapangan. Tapi, lagi-lagi, bola berhenti di luar kotak penalti. Crossing yang dilakukan Okto, ataupun umpan terobosan dari David Laly dan Aldair masih dengan mudah dipotong oleh barisan pertahanan Brunei.
Di menit 30 ke-atas, barulah perubahan selanjutnya datang, yaitu Rahmad Darmawan menukar Okto dan Ramdani. Ini juga dibarengi oleh Aldair yang turun berposisi sejajar dengan Okto dan Ramdani, sehingga Indonesia terlihat bermain dengan pola 4-2-3-1.
Namun, sebagaimana terlihat dari chalkboa Rahmad Darmawan di bawah, perubahan ini membuat serangan Indonesia menjadi terpusat di sayap kanan. Itu pun berjalan dengan tidak efektif. Okto yang jadi tumpuan di ujung kanan depan lebih sering membawa bola hingga ke garis ujung lapangan dan memberikan umpan cut-back, ketimbang memotong kedalam dan melakukan attempts.
Peran Aldaer
Satu catatan juga bisa diberikan pada Aldaer yang mengambil peran sebagai nomor-10, atau sebagai second striker pada pertandingan tadi. Entah dengan memberikan umpan, atau berusaha mencetak gol, bisa dikatakan Aldaer memiliki peran sentral dalam serangan Indonesia. Terlihat, dari 5 attempts yang dibuat Indonesia di babak pertama, 3 di antaranya melibatkan Aldaer. Di babak kedua, Aldaer juga berhasil memberikan umpan pada Fandi Eko yang sudah beRahmad Darmawaniri di depan gawang.
Satu kelebihan pemain ini dibandingkan dengan Syamsir Alam, ataupun striker lainnya, adalah kemampuannya mengendalikan bola, bahkan dalam ruang gerak yang sempit sekalipun.
Ini terlihat pada menit ke-36 saat ia berhasil menerima umpan lambung dari Alfin, sempat mengecoh satu bek Brunei, dan melakukan tendangan ke arah gawang.
Sayang sekali, pemain yang sering beroperasi dengan bebas di seputar kotak penalti itu belum menemukan tandem yang pas. Dengan kemampuan Aldaer memberikan through-ball, jika ia diduetkan dengan seorang poacher, mungkin Aldaer bisa jadi solusi bagi timnas untuk membongkar pertahanan tim-tim yang bermain defensive.
Dinamika di Babak Kedua
Dengan sifat pertandingan yang masih berupa seleksi, Rahmad Darmawan sendiri melakukan banyak pergantian pemain di babak kedua. Hanya Alfin, Aldaer, Pellu, Andri Ibo, dan Manahati Lestusen yang jadi pemain outfield yang tidak ditarik keluar oleh Rahmad Darmawan.
Di 15 menit pertama babak kedua, Rahmad Darmawan sendiri mengembalikan Okto ke posisi aslinya, dan menaikkan David Laly ke area sepertiga lapangan akhir. Dengan cara ini Indonesia terlihat seperti ingin memenuhi area pertahanan Brunei dengan pemain sendiri untuk mengurung Brunei. Dua orang striker akan selalu berada di kotak penalti menunggu umpan, sementara Laly menyambar bola-bola muntah dan melakukan drive dari tengah.
Skema ini berubah lagi di 15 menit terakhir dengan masuknya Syahroni, Fandi Eko, serta Yohanis Nabar. Serangan Indonesia, lagi-lagi, terpusat di sisi kanan permainan. Namun, dengan skema ini, Indonesia sendiri mampu menciptakan lebih banyak peluang.
Direpotkan Brunei
Di pertandingan ini Brunei hanya meninggalkan seorang striker di lini depan, yang perannya dijalankan oleh Adi Said. Namun duo centre-back Indonesia, yaitu Andri Ibo dan Manahati Lestusen, kerap kerepotan dalam menghadang pergerakan striker bernomor punggung 20 tersebut.
Brunei yang pada laga ini menggunakan formasi 4-4-1-1 dan menerapkan pola serangan balik dengan mengirimkan bola-bola long ball sukses merepotkan barisan pertahanan Indonesia meskipun dengan intensitas yang tidak terlalu banyak.
Terlihat bahwa Indonesia hanya menyisakan dua centre-back guna menghalau bola-bola long ball yang dialirkan langsung dari area pertahanan Brunei. Akibatnya, lini penyerangan Brunei mampu memberikan ancaman yang cukup membahayakan bagi pertahanan Indonesia.
Tak ayal, Adi Said sendiri mampu menghasilkan catatan 2 kali attempts yang prosesnya terjadi setelah ia berhasil melewati Andri Ibo. Menyadari hal tersebut, Andri Ibo lebih memilih untuk melakukan pelanggaran dibandingkan membiarkan pemain tersebut berhasil melewatinya.
Statistik menunjukkan bahwa Brunei mendapatkan kesempatan tendangan bebas di sepertiga area pertahanan Indonesia, setelah Adi Said dilanggar oleh Andri Ibo. Namun, dalam kondisi ini Indonesia cukup diuntungkan dengan finishing para pemain Brunei yang buruk dan terburu-buru.
Three-GuaRahmad Darmawan System Indonesia
Solusi pun diterapkan oleh Rahmad Darmawan dengan menginstruksikan pola three-guaRahmad Darmawan system di lini pertahanan Indonesia. Strategi dimana setiap Adi Said berhasil menguasai bola, 1 pemain akan mempressing pemain tersebut dan 2 pemain akan mengcover menjemput bola atau melakukan hadangan kembali apabila Adi Said mampu melewati pemain pertama yang menghadang.
Terbukti, strategi tersebut mampu berjalan dengan baik dan Adi Said pun hanya mampu melakukan 1 kali attempts setelah Indonesia menerapkan pola three-guaRahmad Darmawan system dalam pressing-nya. Attempts itu pun hanya dilakukan lewat kesempatan bola mati yang diraih oleh Brunei.
Sedangkan Mahati Lestusen dan David Laly bertugas untuk mengcover apabila bola lepas dari penguasaan, atau Adi Said berhasil melewati Andri Ibo.
Sistem tiga orang yang melakukan pressing ini sebenarnya memiliki kelemahan, yaitu adanya ruang yang ditinggalkan oleh tiga orang tersebut. Jika saja Razali cermat, ia bisa bergerak masuk menusuk kotak penalti saat Lestusen mendekati Adi Said.
Untungnya lawan yang dihadapi kali ini adalah Brunei. Akan jadi persoalan ketika menghadapi pemain-pemain tengah lawan lainnya bisa memanfaatkan luangnya ruang yang diberikan oleh ketiga pemain Indonesia yang kerap berebut melakukan pressing pada target-man Adi Said tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar